aoUhVj1sFfXbUTRIyoVNm2UnxJxRFaPgs25Tl7uL

Followers

Widget HTML #1

Widget HTML (label produk)

Widget HTML (label jasa)

Widget HTML #3

Menu Halaman Statis

Bookmark

“Barak Militer” Jawa Barat: Pendidikan Karakter ala Disiplin TNI untuk Remaja Bermasalah


Tanggal Publikasi: 13 Juni 2025
Penulis: Henro Dedy Putra Silaban


Ilustrasi : Pexels

Suara peluit membelah udara pagi yang dingin. Di lapangan berumput, puluhan remaja berseragam olahraga berbaris rapi. Mereka bukan calon tentara, mereka adalah siswa-siswa yang dulunya dikenal “nakal”. Kini, mereka menjadi bagian dari program inovatif (dan kontroversial) bernama Sekolah Barak Militer Jawa Barat.

Program ini bukan sekadar pelatihan fisik.Program ini adalah refleksi dari kegelisahan Pemerintah Provinsi Jabar dalam menanggulangi krisis karakter di kalangan generasi muda.

Alasan Memilih Barak Militer?

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memunculkan ide ini sebagai respons atas tingginya angka kenakalan remaja di Jawa Barat: tawuran pelajar, kecanduan game, merokok, hingga penyalahgunaan narkoba. “Negara tidak boleh diam. Jika pendidikan formal belum berhasil membentuk karakter, kita harus hadir dengan solusi baru,” tegas Dedi saat peluncuran program ini pada Mei 2025.

Program ini didesain sebagai pembinaan intensif selama enam bulan bagi siswa/siswi SMP dan SMA yang dikategorikan “bermasalah”. Mereka tinggal di barak militer, menjalani rutinitas disiplin, sekaligus tetap mengikuti pendidikan formal dua jam per hari.

Apa saja Materi Yang Mereka Dapat?

Berbasis di 30–40 barak militer TNI di wilayah Jabar, kegiatan peserta mencakup:

  • Pelatihan bela negara & wawasan kebangsaan

  • Kedisiplinan dan pembinaan karakter

  • Kegiatan keagamaan dan rohani

  • Olahraga dan seni

  • Konseling psikolog dan pembinaan mental

Semua kegiatan dirancang tanpa kekerasan. Tidak ada hukuman fisik. “Kami membentuk keteraturan, bukan ketakutan,” kata Letkol Inf. Anton Syahreza, salah satu pelatih di barak Lembang.

Andri (17 tahun), siswa asal Bekasi yang dulunya aktif dalam tawuran, kini menjadi peserta angkatan pertama.

“Awalnya saya pikir ini hukuman. Tapi setelah beberapa minggu, saya mulai merasa lebih baik. Kami diajarkan tanggung jawab,” ujarnya.

Menurut pengakuan beberapa guru, perubahan perilaku peserta mulai terlihat saat mereka diizinkan pulang untuk liburan. Mereka lebih tenang, tidak mudah tersulut emosi, dan bahkan mulai memiliki cita-cita baru.

Program ini mendapat dukungan dari Kementerian Hukum dan HAM serta KPAI, asalkan tidak terjadi pelanggaran hak anak. Namun, beberapa kalangan menyuarakan keprihatinan.

Ki Saur Panjaitan, Sekjen Yayasan Taman Siswa, menyebut pendekatan militeristik ini “tidak sesuai dengan filosofi pendidikan nasional”.

“Anak-anak itu butuh kasih sayang dan bimbingan, bukan barak. Tapi jika benar-benar tanpa kekerasan dan terkontrol, mari kita uji efektivitasnya.”

Jika hasil evaluasi menunjukkan dampak positif, program ini berpotensi diperluas ke tingkat nasional. Namun Gubernur Dedi menegaskan bahwa keberlanjutan program ini akan dikaji dengan hati-hati, melibatkan psikolog, pendidik, dan masyarakat.

Program Barak Militer Jawa Barat adalah percobaan berani dalam dunia pendidikan karakter. Ia mengundang pujian, kritik, sekaligus harapan.

Di salah satu barak, terpampang tulisan dari seorang peserta:

“Saya datang ke sini karena salah. Saya pulang dengan harapan.”

Barangkali itulah semangat yang ingin ditanamkan: bahwa setiap anak berhak untuk berubah dan diselamatkan.

Post a Comment

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak