SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DI INDONESIA
SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DI INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting
dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung
atau lisan, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan.Dalam era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi seperti
sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan
memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar.Untuk
memahami informasi tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian secara
baik dan tepat dan dengan penyampaian informasi secara tertulis, diharapkan
masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Guna memadukan satu kesepakatan
dalam etika berbahasa, di sinilah peran aturan baku digunakan. Dalam hal ini
kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu
ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar.Ejaan adalah salah satu dari
rambu-rambu tersebut.Seringkali ejaan di Indonesia mengalami pergantian dari
tahun ke tahun guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian
sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk menyempurnakan aturan berbahasa
masyarakat Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah wujud kongkret dari penyempurnaan ejaan di Indonesia saat
ini. Perkembangan ejaan, khususnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia
adalah submateri dalam ketatabahasaan Indonesia yang memiliki peran cukup besar
dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi
tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara baik dan terarah. Dalam
praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian
masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat dilakukan
secara baik dan benar.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ejaan ?
2. Bagaimana perkembangan ejaan di
Indonesia ?
1.3. Pemecahan Masalah
A. Pengertian
ejaan
B. Sejarah
perkembangan ejaan di Indonesia
1. Ejaan yang
diresmikan (Ejaan Van Ophuijsen)
2. Ejaan
Republik (Ejaan Soewandi)
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan yang
tidak diresmikan (Ejaan Melindo)
5. Ejaan LBK
6.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
1.4. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui pengertian ejaan dan bagaimana sejarah perkembangan ejaan di
Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah aturan tulis
menulis.Secara lengkap dapat dikatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan
tentang bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana hubungan
antarlambang tersebut (pemisahan dan penggabungan dalam suatu bahasa).Secara
teknis ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang berhubungan
dengan penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan pemakaian tanda baca.
Masalah ejaan adalah masalah
tulis-menulis dalam bahasa Indonesia. Dalam usaha memodernkan bahasa Indonesia,
cara menulis atau aturan tulis-menulis dalam bahasa Indonesia sangat perlu
diutamakan karena tulisan merupakan tempat pencurahan konsep pikir para penulis
itu sendiri. Dalam hubungan itu, suatu komunikasi yang dilakukan dengan
tulis-menulis (dalam arti komunikasi jarak jauh dengan surat, umpamanya) harus
menerapkan ejaan. Oleh sebab itu, materi ejaan akan dipakai oleh semua sasaran
pembina bahasa Indonesia. Bagi masyarakat umum, masalah ejaan barangkali saja
masih berkutat pada masalah keniraksaraan sehingga masyarakat tersebut harus
dibina dalam hal pengenalan aksara latin.
Ejaan tidak
hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga berkaitan dengan cara
mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata,
kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
Saat ini
bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
sebagai sistem tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring,
penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian tanda baca saja,
melainkan juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan pedoman
pemenggalan kata.
Secara
defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan bahasa
Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972 yang
diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.
Sistem ejaan ini, pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.Buku kecil ini merupakan buku
patokan pemakaian sistem ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari, karena buku
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Kemudian Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman
Umum Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah. Kemudian, pada Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut
direvisi.Kemudian, edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan no. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
2.2. Sejarah Perkembangan Ejaan di Indonesia
Bahasa Indonesia yang awalnya
berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara sejak beratus tahun yang lalu,
yaitu aksara Arab Melayu.Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang
kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara
Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara
itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong
(incung).
2.2.1. Ejaan yang diresmikan (Ejaan Van
Ophuijsen) 1901-1947
Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A.
van Ophuysen) merupakan tokoh penting dalam tonggak bahasa Indonesia. Seperti
yang sudah kami sebutkan sebelumnya di atas, ejaan Ophuijsen lahir dari niat
pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman variasi bahasa Melayu
yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda menyebarkan
kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Faktor
Pemicu Hadirnya Ejaan van Ophuysen
Dulu, bahasa Melayu yang menjadi
cikal bakal BI ditulis menggunakan huruf Jawi
(Arab Melayu atau Arab gundul). Meskipun bahasa ini tetap hidup di
masyarakat, para sarjana Belanda menilai bahasa Melayu tidak cocok menggunakan
huruf Arab karena penulisan huruf vokal seperti e, i, oditulis sama saja saat ingin menuliskan
kata yang memiliki vocal adan
u.
Sebenarnya bukan itu saja, salah satunya karena ancaman
militansi umat Islam bagi kolonial Belanda membuat Belanda
merasa perlu mengurangi pengaruh Islam-arab di Nusantara.
Faktor lain penetapan ejaan baku ini
diresmikan Belanda karena pada saat itu pemerintah kolonial sedang
menjalankan politik etisnya di Nusantara, yaitu sebuah kebijakan untuk membuka
peluang pendidikan bagi kaum ningrat Nusantara. Masalahnya, jika
bahasa Melayu tidak distandarkan, proses pendidikan ini akan
terhambat. Coba bayangkan kalau tidak ada standar bahasa, pasti ssangat
sulitmelakukan proses belajar-mengajar?
Dalam karirnya sebagai inspektur
pendidikan ulayat (kaum bumiputera, saat itu), van Ophuijsen telah membuat Kitab
Logat Melayu: Woordenlijst voor de
spelling der Malaisch taal met Latijnch karakter (Perbendaharaan
Kosakata: daftar kata untuk ejaan bahasa Melayu dalam huruf Latin) yang
diterbitkan di Batavia 1901 dan berisi 10.130 kata-kata Melayu dalam ejaan
baru, dengan prinsip ejaan bahasa Belanda. Kitab ini merupakan upaya Belanda
dalam membuat standar bahasa saat mereka bercokol di Nusantara.Namanya berbasis
alasan kolonial, tentu ini dibuat agar bisa meluaskan kekuasaan mereka
sekaligus dapat menyatukan Nusantara di bawah kendalinya.Belanda
menerapkan bahasa ini mulai dari sekolah-sekolah bumiputera.Oleh karena itu,
bahasa Melayu Ophuijsen ini sering disebut “bahasa Melayu sekolahan”. Tidak
berhenti di situ, sejak penerbit Balai Poestaka (sekarang: Balai Pustaka)
didirikan Belanda, bahasa ini semakin menancap di kaum terdidik Nusantara.
Artinya Belanda melalui pemerintah kolonialnya berhasil melakukan politik
bahasa dengan menjadikan bahasa (Melayu) Indonesia sebagai standar bahasa kita,
yang bahkan masih berlaku hingga saat ini.
Apakah pernah terpikir, bagaimana
bisa seorang Belanda totok macam van Ophuijsen bisa menulis kitab bahasa Melayu
yang demikian kompleks?Ternyata eyang buyut Ophuijsenini lahir di Solok,
Sumatera Barat, tempat digunakannya bahasa Melayu dengan masif.Selain memang
suka mempelajari bahasa-bahasa di Nusantara, kehidupan masa kecil van
Ophuijsen yang lahir di tanah Minangkabau ini memudahkannya membuat
standar yang menjadi cikal-bakal Bahasa Indonesia yang kita pakai hingga
saat ini.Tidak heran lagi, akhirnya dia diangkat menjadi profesor bahasa Melayu
di Universitas Leiden, Belanda.
Ciri-Ciri
Ejaan van Ophuysen
Dalam merumuskan buku tersebut (1896), van Ophuijsen dibantu
oleh Nawawi Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim. Pedoman tata bahasa ini selanjutnya dikenal dengan nama
ejaan van Ophuijsen dan diakui pemerintah kolonial tahun 1901. Ciri-ciri dari
ejaan ini yaitu:huruf /y/ ditulis dengan /j/
Ejaan Van Ophuysen
|
EYD
|
Sajang
|
Sayang
|
Oemoem
|
Umum
|
Ra’yat
|
Rakyat
|
Tjacara
|
Cara
|
achir
|
Akhir
|
Ternyata, jauh sebelum menerbitkan Kitab Logat Bahasa Melayu,
lelaki yang lahir tahun 1856 dan meninggal tahun 1917 ini sudah membuat dua
buku bahasa lain: Kijkjes in Het
Huiselijk Leven Volkdicht(Pengamatan Selintas Kehidupan Kekeluargaan
Suku Batak) tahun 1879 dan Maleische
Spraakkunst (Tata Bahasa Melayu) tahun 1910. Buku Tata Bahasa Melayu
inilah yang akhirnya menjadi pedoman dalam berbahasa Melayu di Indonesia
setelah diterjemahkan oleh T.W. Kamil dan diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Kecakapannya di bidang bahasa membuat pemerintah kolonial menugaskannya untuk
merumuskan tata bahasa Melayu baku. Maka mulailah Ophuysen berjalan menyusuri
Sumatera hingga Semenanjung Malaya untuk meneliti bentuk murni dari bahasa
melayu hingga terpilihlah bahasa melayu Riau sebagai patokan standardisasi
Pro-Kontra
Ejaan van Ophuysen
Layaknya pro dan kontra, ada yang sepakat
dan menolak, hal itu terjadi pada karya Ophuijsen ini. Meskipun jasa Opuijsen
ini begitu besar, ada juga yang menudingnya sebagai arsitek yang telah
menggusur varian bahasa Melayu lain. Joss Wibisono, sejarawan, menyalahkan
Ophuijsen sebagai pihak yang menjadikan derajat bahasa Melayu Riau (Riouw
Maleisch) lebih tinggi daripada Melayu pasar (laag Maleis) yang
memang digunakan secara meluas oleh khalayak di Nusantara dulu. Bagi Joss,
Melayu Riau itu mitos, dan hanya ditemui di karya sastra (yang nanti setelah
dibakukan oleh Belanda kemudian disebarluaskan melalui novel-novel terbitan
Balai Pustaka).
Meski ejaan Ophuysen sudah
dihilangkan oleh pemerintah dulu, tetapi ejaan ini nyatanya tidak benar-benar
hilang. Lihat saja merek dagang: Bakoel Koffie (http://www.bakoelkoffie.com/) yang ingin memunculkan kembali
suasana tempo doeloe. Selain itu, Eka Kurniawan, seorang sastrawan muda, pernah menelurkan
kompilasi cerpen berjudulCinta Tak Ada Mati (2005), dengan memakai ejaan
Ophuysen di salah satu cerpennya: Pengakoean
Seorang Pemadat Indis. Eka beralasan ingin tampil orisinal dengan ejaan
ini dan berniat menggugah generasi muda pada ejaan lama agar tidak enggan
membaca tulisan-tulisan jadul.
2.2.2. Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) – 1947-1972
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan
Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh Menteri, Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan
Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun lebih dikenal
dengan ejaan Soewandi.
Faktor
Pemicu Hadirnya Ejaan Soewandi
Menteri yang sebenarnya ahli hukum
dan merupakan notaris pertama bumiputera ini punya alasan mencanangkan ejaan
ini.Faktor kebangsaan Indonesia yang sudah merdeka dan ingin mengikis citra
Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuijsen membuat pentingnya adanya perubahan
ejaan di bahasa kita.Apalagi, saat itu London
sedang sirik-siriknya melihat pencapaian kemerdekaan mantan negara jajahannya
ini hingga datang lagi ke Indonesia dengan memboncengi sekutu (tahun
1947).Semakin jelek impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen.
Ciri-ciri Ejaan Soewandi
Ejaan Soewandi
|
EYD
|
Suharto
|
Suharto
|
Rakyat
|
Rakyat
|
Bersenang2
|
Bersenang-senang
|
2.2.3. Ejaan Pembaharuan 1957
Faktor
Pemicu Hadirnya Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini bermula dari polemik yang
terjadi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di Medan tahun 1954.Kongres kedua
ini akhirnya diadakan setelah pertama kali diadakan di Solo tahun
1938. Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan
pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-2 mengatakan bahwa kongres ini merupakan
bentuk rasa prihatinnya akan kondisi bahasa Indonesia saat itu yang masih belum
mapan. Medan pun dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia dipakai dan
terpelihara, baik dalam rumah tangga ataupun dalam masyarakat, setidaknya itu
alasan Yamin. Di kongres ini, memang diusulkan banyak hal dan salah satunya
adalah perubahan ejaan.Usulan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah waktu itu
dengan membentuk panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Ciri-ciri
Ejaan Pembaharuan
Panitia ini diharapkan bisa membuat
standar satu fonem dengan satu huruf (misalnya menyanyi: menjanji menjadi meñañi; atau mengalah:
mengalah menjadi meɳalah).
Penyederhanaan ini sesuai dengan iktikad agar dibuat ejaan yang praktis saat
dipakai dalam keseharian.Selain itu, isu tanda diakritis diputuskan agar
kembali digunakan. Alhasil, k-e-ndaraan
dengan é(seperti elo mengeja k-e-lainan)
yang tadinya ditulis sama dengan k-e-mah,
akhirnya ditulis berbeda. Untuk kata sjarat
(syarat) dibedakan menjadi śarat.
Kalau tidak hati-hati, bisa saja nyaru
antara sarat (penuh/termuat) dengan syarat.Sedangkan huruf j yang
digunakan pada kata jang (yang) malah sudah disepakai ditulis
menjadi yang (seperti kita pakai sekarang). Kata mengapa pun akan dieja menjadimeɳapa. Untuk kata-kata berdiftong ai, au, dan oi seperti sungai, kerbau, dan koboi akan dieja dengan sungay, kerbaw, dan koboy.
Ejaan Pembaharuan ini dibuat dengan
maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan juga disebut dengan Ejaan
Prijono-Katoppo.Meskipun salah satu putusan kongres menyatakan supaya ejaan itu
ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung diresmikan.Meskipun demikian, ejaan
ini disinyalir menjadi pemantik awal diberlakukannya EYD tahun 1972.
Ejaan Pembaharuan
|
EYD
|
Jakarta
|
Jakarta
|
Paway
|
Pawai
|
Kalaw
|
Kalau
|
Tomboy
|
Tomboi
|
Sejak Kongres bahasa tahun 1954 di
Medan dan dihadiri oleh delegasi Malaysia, maka mulailah ada keinginan di
antara dua penutur Bahasa Melayu ini untuk menyatukan ejaan. Keinginan ini
semakin kuat sejak Malaysia merdeka tahun 1957 dan kita pun menandatangani
kesepakatan untuk membicarakan ejaan bersama tahun 1959-nya. Sayangnya, karena
situasi politik kita yang sedang memanas (Indonesia sedang condong ke poros
Moskow-Peking-Pyongyang, sedangkan Malaysia yang Inggris ), akhirnya
ditangguhkan dulu pembahasannya. Hal lain yang membuat ejaan ini kurang menarik
adalah perubahan huruf-huruf yang dianggap aneh. Misalnya, kata "menyapu" akan ditulis "meɳapu"; "syair" ditulis "Ŝyair"; "ngopi" menjadi "ɳopi";
atau "koboi" ditulis "koboy". Mungkin aneh karena
belum biasa dan harus menyesuaikan diri lagi.Tapi, akhirnya, usulan yang
mustahil dilaksanakan ini dengan cepat ditinggalkan.
Ejaan Melindo
|
EYD
|
Remaja
|
Remaja
|
Cakap
|
Cakap
|
Syair
|
Syair
|
2.2.5. Ejaan LBK 1966
Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa
dan Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan
Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini, sebenarnya estafet dari ikhtiar yang sudah
dirintis oleh panitia Ejaan Melindo.Anggota pelaksananya pun terdiri dari
panitia ejaan dari Malaysia.Pada intinya, hampir tidak ada perbedaan berarti di
antara ejaan LBK dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidah saja.
Ejaan LBK
|
EYD
|
Fasih
|
Fasih
|
Pajak
|
Pajak
|
Ikhlas
|
Ikhlas
|
2.2.6.Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
1972
Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak
penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Augustus 1972.
Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ditetapkan oleh
Mendikbud pada tanggal 31 Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku
diseluruh Indonesia dan disempurnakan lagi pada tahun 1987.
Dikatakan ejaan yang disempurnakan
karena ejaan tersebut merupakan penyempurnaan dari beberapa ejaan sebelumnya.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
1)
Pembentukan Huruf
Ejaan
lama
EYD
dj
jarum
j jarum
tj
tjut
c cut
nj
njawa
ny nyawa
2)
Huruf f, r, dan z yang merupakan unsur serapan dari
bahasa asing, misalnya khilaf, zakat.
3)
Huruf g dan x lazim digunakan dalam ilmu pengetahuan
tetap, misalnya furgan dan xenon.
4)
Penulisan di - sebagai awalan dibedakan dengan di
sebagai kata depan.
Contoh :
Awalan
kata Depan
di-
di
dikhianati
di
kampus
5)
Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang
unsur-unsurnya, bukan dengan angka dua/2 .
Contoh :
- Mahasiswa-mahasiswa
Mahasiswa2
- Bermain-main
Bermain2
Secara umum hal-hal yang diatur
dalam EYD adalah sebagai berikut :
1.
Pemakaian huruf
2.
Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
3.
Penulisan kata
4.
Penulisan unsur serapan
5.
Pemakaian tanda baca
BAB III
Simpulan
3.1. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Sehingga dengan beberapa ejaan yang ada sesuai dengan perkembangan ejaan di Indonesia,adapun kesimpulan yang dapat kami tarik adalah :
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan yang pertama
muncul,ejaan ini dimunculkan untuk menjawab permasalahan permasalahan pada
masa itu,yaitu banyaknya muncul karya karya sastra sesuai dengan aturan yang
dibuat sendiri.Sehingga ketika dibaca oleh orang lain akan terjadi (gap)
sehingga pesan pesan yang disampaikan penyair tidak dapat ditangkap oleh
pembaca.Lalu sesuai dengan perkembangan jaman,munculah ejaan Republik yang
digagas oleh Mr.Soewandi tujuaannya untuk menyempurnakan ejaan Van ophuysen
yang dianggap masih terlalu runyam.Selanjutnya muncul ejaan pembaharuan yang
bertujuan untuk memperbaharui ejaan republik yang digagas oleh Katoppo dan
prijono,Namun ejaan ini juga masih diaggap kurang maksimal sehingga muncullah
gerakan Persekutuan Panitia Kerja sama bahasa Melayu – Bahasa Indonesia,Ejaan
ini untuk menyempurnakan ketegangan politik antara Indonesia dengan
Malaysia.Namun secara konsep ejaan ini tidak jauh berbeda dengan ejaan
sebelumnya.Untuk selanjutnya Ejaan LBK muncul dengan sebutan ejaan baru
karena merupakan lanjutan dari keseluruhan ejaan yang ada.Dan yang terakhir
oleh Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972 secara Resmi dikumendangkan untuk
digunakan oleh penulis.Ejaan ini merupakan Penyempurnaan dari keseluruhan
ejaan yang terdahulu sehingga dengan adanya Ejaan yang disempurnakan ini
memungkinkan penulisan yang secara wajib digunakan dalam berbagai jenis
tulisan,khususnya tulisan Ilmiah (Non Fiksi ).
3.2. Saran Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat.dalam bangsa ini.Dengan mempelajari ejaan yang disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti. DAFTAR PUSTAKA
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
Tim
Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Hi-Fest Publishing
|
Post a Comment for "SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DI INDONESIA"
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak